Rabu, 25 November 2009

Perjuangan Untuk Para Pahlawan

Hari pahlawan diperingati untuk mengenang pertempuran di Surabaya tanggal 10 November 1945. Gelar Pahlawan diberikan kepada mereka yang berjuang dalam proses kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Secara lengkap, disebut Pahlawan Nasional. Secara tidak resmi, kitapun mengenal sebutan pahlawan yang diberikan untuk mencerminkan perjuangan, pengabdian, semangat dan kemenangan. Contohnya, olahragawan yang mengharumkan nama Indonesia di pertandingan dunia dikatakan sebagai pahlawan olahraga. Para siswa siswi yang mengangkat nama negara melalui kompetisi tingkat internasional juga pahlawan di bidangnya. Para guru yang mendidik kita disebut pahlawan tanpa tanda jasa.

Pada era modern ini banyak orang yang melupakan jasa para pahlawan. Seperti kata-kata mutiara orang bijak, mempertahankan lebih sulit daripada meraih. Kita sebagai warga Negara Indonesia harus menjunjung tinggi jasa para pahlawan dengan cara menjaga apa yang telah di raih oleh mereka, para pendahulu kita. Kita tidak perlu berjuang dengan senjata layaknya para pahlawan pejuang di Negara kita. Kemerdekaan telah mereka raih hanya saja kita harus menjaganya. Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk menjaga dan menghargai para pahlawan kita yaitu dengan cara mengabdi kepada Negara demi kepentingan rakyat dan mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Sangat banyak persoalan yang ada di dalam Negara kita seolah-olah kita melupakan apa yang telah mereka perjuangkan selama ini kepada kita. Persoalan besar kita adalah persoalan kemiskinan, kebodohan, kemelaratan politik serta apatisme. Hal ini berkaitan dengan cara berpikir. Kita terbiasa tidak mau berjuang sebab kita mewarisi sebuah negeri yang sudah merdeka. Kita terbiasa hidup dalam kenyamanan kemapanan yang ada. Jadi hendaklah kita mengisi kemerdekaan ini dengan prestasi yang dapat mengharumkan nama bangsa. Mengabdilah kepada Negara semata-mata karena ingin mengikuti jejak para pahlawan yang telah mendahulukan kita.

Jadi, kita teruskan berjuang dan penuhi hari-hari dengan semangat. Jadilah yang terbaik di bidang yang kalian tekuni sehingga bangsa ini menjadi harum namanya di kancah internasional. Dan kita sebagai manusia biasa sebisanya menjaga budaya-budaya yang dimiliki oleh negeri tercinta ini sehingga apa yang telah kita raih tidak serta merta menjadi sia-sia.

HARI GURU NASIONAL

25 November adalah Hari Guru Nasional. Banyak siswa memperingatinya dengan cara melakukan acara upacara bendera di halaman sekolah. Bagaimana dengan kita? Sempatkah kita mengingat mereka atau bahkan menyebut mereka dalam sepotong doa? Semoga kita tidak dengan mudah melupakan guru-guru yang pernah hadir dalam kehidupan kita yang turut andil memberi lekukan pahatan penuh kasih sayang dalam perjalanan hidup ini, Guru adalah asal kata dari yang pantas digugu (dijadikan teladan).

Pahlawan tanpa tanda jasa adalah sebutan yang memang layak diberikan kepada mereka yang mendedikasikan diri untuk mendidik dan mengajar generasi penerus demi kemajuan bangsa tanpa ada rasa niat untuk selalu dikenang dan disanjung. Banyak guru yang mengabdikan diri di pelosok, seperti salah seorang guru yang ada dalam cerita novel berjudul laskar pelangi. Saya sangat terharu melihat dedikasi dan usaha para guru untuk terus menambah ilmu demi sebuah tuntutan profesi.

Paza zaman modern, dibutuhkan pengajaran yang professional. Guru-guru yang professional di bidangnya amat dibutuhkan di jaman modern ini supaya anak didik yang dihasilkannya mampu menjawab tantangan jaman. Apakah tuntutan profesionalisme itu sudah sejalan dengan perhatian terhadap kesejahterannya?. Program sertifikasi guru adalah suatu usaha untuk meningkatkan kompetensi guru-guru kita, hanya masalahnya apakah setiap guru mempunyai akses yang sama besar untuk mengikuti program ini.

Selamat hari guru, terima kasih untuk guru-guru di seluruh Indonesia juga untuk guru-guru formal dan non formal yang pernah berjasa menorehkan ilmu dalam diri ini. Semoga amal ibadah dan perbuatan baik guru kita senantiasa dapat diterima oleh Tuhan YME.

Cicak VS Buaya

Konflik antar lembaga KPK dan Polri saat ini telah menyita perhatian banyak pihak. Masyarakat yang menjadi penonton setia kedua lembaga tersebut dibuat bingung pada setiap adegan drama ini. Padahal kedua lembaga ini mempunyai andil yang sangat besar dalam menegakkan kebenaran dan melindungi serta melayani masyarakat. Drama ini berawal dari terbunuhnya direktur PT Putra Rajawali Banjaran yang menjadikan ketua KPK, Antasari Ashar sebagai tersangka pada kasus tersebut. Kemudian drama itu berlanjut pada kasus Bibit & Chandra Hamzah yang dalam beberapa waktu yang lalu sempat ditetapkan oleh Polri sebagai tersangka kasus penyalahgunaan wewenang terkait pencekalan tersangka korupsi direktur PT Masaro Radiocom, Anggoro Widjojo. Lalu setelah itu disusul oleh kasus penyadapan telepon selular milik Anggodo Widjojo ( adik dari Anggoro Widjojo) oleh lembaga KPK dimana pada proses penyadapan tersebut terdapat beberapa nama petinggi Polri yang disebut didalam percakapan, diantaranya Komjenpol Susno Duaji yang namanya tesebut 28 kali pada proses penyadapan percakapan yang diakukan oleh KPK. kedua lembaga ini saling “tuduh-menuduh” demi menegakkan keadilan. Akan tetapi menurut saya sikap tuduh menuduh dan saling membalas ini terlalu ekstreem seolah-olah menunjukan kepada kita bahwa lembaga yang telah bertahun-tahun dalam menjalankan tugasnya di Negara ini tidak dapat bekerja sama dengan baik sehingga timbul sikap saling menyalahkan dan sedemikian rupa membuat drama semenarik mungkin sehingga public dapat menaruh simpati kepada kedua lembaga tersebut. Menurut saya tidak pernah timbul kesalahan pada kedua lembaga ini. Masalah ini bukanlah kesalahan dari kedua lembaga melainkan kesalahan dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab didalam masing-masing lembaga tersebut. Melihat permasalahan yang terjadi didalam kedua lembaga ini, kita sebagai masyarakat sebaiknya tidak mudah terpancing oleh pemberitaan publik & kita sebagai masyarakat awam sebaiknya cukup mendoakan kepada Tuhan YME agar masalah yang dihadapi oleh kedua lembaga ini dapat terselesaikan dengan tuntas.

Contoh kalimat yang baik tetapi benar & yang baik tetapi tidak benar

Contoh kalimat yang baik tetapi tidak benar :

1. Ke pasar kemiri bang, berapa?

2. Ia menduduki juara pertama.

3. Budi membawa mobil ke kampus.

4. Berapa nih, bang, rotinya?

5. Angkot itu menaiki penumpang.

Contoh kalimat yang baik dan benar :

1. Berapa harganya sayur bayem ini bu?

2. Ia menjadi juara pertama.

3. Apakah abang becak bersedia mengantar saya ke pasar kemiri dan ongkosya berapa?

4. Budi pergi ke kampus dengan mengendarai sepeda motor.

5. Ia membelikan adiknya sepeda motor.